HTML

HTML

Minggu, 10 Maret 2019

Menhub Minta Maaf Atas Musibah KRL dan Berjanji Proses Evakuasi Diselesaikan Minggu Malam



BOGOR , MHI – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menekankan agar proses evakuasi terhadap kereta rel listrik (KRL) commuterline lintas Jakarta Kota-Bogor yang anjlok di Kebon Pedes Bogor, Minggu (10/3) siang, bisa segera diselesaikan pada malam ini
“Proses evakuasi terhadap gerbong akan kita lakukan segera. Malam ini akan bekerja untuk evakuasi gerbong ditarik dan memperbaiki jalur. Kita harapkan malam ini selesai dan besok sudah beroperasi kembali,” kata Menhub saat meninjau lokasi anjloknya KRL di Kebon Pedes, Bogor, Minggu (10/3) siang.
Menurut Menhub, alat evakuasi terhadap gerbong yang anjlok dari KRL itu telah dalam perjalanan dari Bandung sehingga proses evakuasi akan berjalan lancar. Dilaporkan bahwa Pukul 12.27 WIB, crane untuk mengevakuasi gerbong kereta telah diberangkatkan dari Stasiun Bandung.
Minta Maaf
Hasil gambar untuk Menhub Minta Maaf Atas Musibah KRL dan Proses Evakuasi Diselesaikan Minggu Malam
Dalam kesempatan meninjau langsung lokasi anjloknya kereta Commuter KA 1722 rute Jatinegara-Bogor sekitar pukul 13.00 WIB itu, Menhub Budi K. Sumadi menyampaikan permintaan maaf atas terjadinya musibah yang menimpa kereta tersebut.
“Hari ini kita mengalami satu musibah anjloknya KRL. Saya meminta maaf atas kejadian ini. Namun demikian, kami informasikan bahwa pelayanan KRL dari Jatinegara sampai stasiun Cilebut masih ada,” jelas Menhub.
Jadi, lanjut Menhub, masih memungkinkan untuk masyarakat yang mau pulang ke Bogor untuk menggunakan KRL sampai Cilebut atau sebaliknya, KRL dari Bogor (mau ke Cilebut atau sebaliknya) bisa melanjutkan dengan menggunakan angkutan umum (lainnya).
Usai dari lokasi kejadian, Menhub melanjutkan kunjungannya ke RS Salak untuk menemui para penumpang yang mengalami luka-luka.
“Tadi saya bicara dengan Dokter Sarah (Dokter RS Salak). Ada 9 orang yang sudah ditangani. Dari 9 orang itu, dua orang dirujuk ke rumah sakit lain untuk melakukan citi scan. Dokter Sarah menyampaikan tidak ada luka yang parah, bahkan sudah ada yang pulang,” ungkap Menhub.
“Kami tadi juga ingin menemui masinis, tapi dokter bilang belum bisa diajak bicara. Semoga semua penumpang yang mengalami luka-luka bisa recovery dengan cepat,” tambahnya.
Menhub mengungkapkan bahwa biaya perawatan penumpang akan ditanggung sepenuhnya oleh PT KAI (Kereta Api Indonesia) dan Kemenhub (Kementerian Perhubungan).
Mengenai penyebab anjloknya KRL itu, Menhub Budi K. Sumadi menjelaskan, hingga saat ini masih dalam tahap identifikasi sehingga masih belum dapat menyampaikan kepastian penyebabnya.
Berdasarkan data dari Balai Perkeretaapian Jakarta Banten, Kementerian Perhubungan dan PT. KCI, hingga pukul 12.10 WIB seluruh penumpang telah berhasil dievakuasi. Tercatat jumlah korban luka mencapai 17 orang terdiri dari 9 orang di RS Salak Bogor dan 8 lainnya di pos kesehatan stasiun Bogor, tidak ada korban meninggal dunia dalam kejadian ini.

(IR/ES) MHI Hasil gambar untuk media hukum indonesia

Divisi PAS Sumbar Razia Lapas, Rutan dan Cabrutan Bersama BNN

Hasil gambar untuk Tes Urine di Divisi Pas sumbar
PADANG,MHI – Kepala Divisi Pemasyarakatan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Barat, Sunar Agus, memerintahkan seluruh jajarannya untuk rutin dan berkala melakukan razia di lembaga pemasyarakatan (lapas), rumah tahanan negara (rutan), dan cabang rutan (cabrutan) wilayah Sumatera Barat. Ia juga menggandeng Badan Narkoba(BNN) Kota/Kabupaten di Sumatera Barat untuk melakukan tes urin kepada seluruh petugas Pemasyarakatan, Jumat (8/3).
Nota kesepahaman dengan BNN Kota Sawahlunto telah ditandatangani pada Rabu (6/3) untuk selanjutnya ditindaklanjuti dengan tes urin kepada petugas dan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di Rutan Sawahlunto. Hasilnya, baik untuk WBP maupun petugas negatif narkoba.
“Kami sedang menerapkan tiga program, yaitu tangguh dalam pengamanan, prima dalam pelayanan, dan produktif dalam kegiatan. Ciri pengamanan yang tangguh adalah tidak ditemukannya lagi handphone, pungutan liar, dan narkoba (halinar),” tegas Sunar saat pelaksanaan tes urin kepada seluruh petugas Lapas Padang dengan menggandeng BNN Kota Padang yang dirangkai dengan morning meetingWBP Rehabilitasi Sosial Narkoba dan sesi apologize.
Untuk itu, ia memerintahkan jajarannya agar dalam tiga bulan kedepan tidak ada lagi halinar di lapas, rutan, maupun cabrutan. “Kami akan terus perang melawan narkoba. Satuan tugas keamanan dan ketertiban Divisi Pemasyarakatan dan Unit Pelaksana Teknis Sumatera Barat secara rutin dan berkelanjutkan akan terus melakukan razia,” tegas Sunar.
Sebelumnya, pada Rabu (6/3) telah dilakukan razia blok rehabilitasi kamar 3, 7, dan Melati Lapas Sijunjung. Hasilnya ditemukan 10 handphone, tiga charger, enam headset, tujuh senjata tajam, 22 sendok besi, delapan stop kontak, tiga kabel, dan empat paku. Pada hari yang sama dilakukan penggeledahan kamar dan blok hunian di Cabrutan Suliki dan menemukan seperti handphone serta senjata tajam berupa gunting, besi, dan paku.
(Buyung) MHI Hasil gambar untuk media hukum indonesia

Sabtu, 09 Maret 2019

Bahtiar: “Aparatur Harus Responsif Dalam Memberikan Informasi Yang Diminta Publik!”

Hasil gambar untuk Bahtiar Pada Acara (Rakor) Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi dijakarta
JAKARTA , MHI — Pasca Reformasi 1998, Indonesia memasuki era baru dalam pengelolaan negara, dari semula tertutup menjadi terbuka. Khususnya di bidang pengelolaan informasi publik. Hal itu disampaikan oleh Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Bahtiar dalam Rapat Koordinasi  (Rakor) Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) pada Rabu, (6/3), di Hotel Swiss Bell, Mangga Besar, Jakarta.
Bahtiar memaklumi, bila masih banyak aparatur yang belum nyaman dengan kondisi keterbukaan dalam pengelolaan informasi seperti saat ini. “Namun, perlahan kita harus berubah, dengan mulai responsif dalam memberikan informasi yang diminta publik. Walaupun itu tidak enak,” ujar Bahtiar.
Untuk itu, hal pertama yang harus diubah, sambung Bahtiar, adalah pola pikir aparatur. “Harus dipahami bahwa tata kelola pemerintahan ini sudah berubah, dari tertutup menjadi terbuka,” tegas Bahtiar.
Lebih lanjut, Bahtiar menekankan, pemerintahan ini dikelola bukan hanya oleh satu pihak. Namun, secara bersama-sama, yang mana di dalamnya, ada kepolisian, kejaksaan, pers, dan LSM/NGO. “Untuk itu apapun permintaan informasi yang dibutuhkan masyarakat/stakeholder, harus kita layani,” papar Bahtiar.
Dalam kesempatan tersebut, Bahtiar juga menyinggung soal masih ada sejumlah daerah yang masuk kategori tidak informatif. “Kami akan terus mendorong upaya-upaya untuk kebaikan. Karena saya yakin ada kaitannya daerah informatif dengan tingkat pemberantasan pungli dan korupsi,” paparnya.
Untuk itu, Bahtiar mengajak agar seluruh pihak untuk berbenah dan berani mengakui kekurangan yang ada. “Belajar menertawai diri sendiri, untuk melangkah ke depan agar lebih baik. Karena praktik-praktik yang tidak baik akan tersingkir diseleksi oleh waktu,” tegas Bahtiar.
(Sofiana) MHI Hasil gambar untuk media hukum indonesia

Sosialisasi BNN di LPKA Kupang

Sosialisasi BNN di LPKA Kupang
KUPANG, MHI – “Kita jangan pernah bermain-main dengan narkoba. Petugas yang terlibat akan dipecat.”Demikian penegasan yang disapaikan kepada jajaran Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas I Kupang oleh Kepala LPKA Kupang, Tommi Hendri, Rabu (6/3).
Hasil gambar untuk lpka kupang
Hari itu, jajaran LPKA Kupang juga kedatangan tim dari Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Nusa Tenggara Timur untuk melaksanakan sosialisasi bahaya narkoba serta tes urin bagi petugas serta Anak LPKA Kupang.
“Akhir-akhir ini, Pemasyarakatan menjadi sorotan utama akibat peredaran narkoba yang dikendalikan narapidana. Oleh karena itu, kami berharap BNN dapat mensosialisasikan bahaya narkoba dan tes urin bagi petugas maupun Anak,” harap Tommi.
Pada kesempatan tersebut, Kepala Seksi Pencegahan BNNP Nusa Tenggara Timur, Markus Raga Djara, menegaskan narkoba tidak ada enaknya dan tidak ada baiknya. “Narkoba hanya membawa kita semua pada jurang kebinasaan. Jauhi dan tolak narkoba, maka kita akan selamat,” ajaknya.
Dari hasil tes urin,  seluruh Anak dan petugas LPKA Kupang dinyatakan negatif menggunakan narkoba.
(Heri) MHI Hasil gambar untuk media hukum indonesia

Kamis, 07 Maret 2019

Koes Plus Story II

koes-rekor
MHI –  Grup yang berasal dari Kelurahan Sendangharjo, Tuban, Jawa Timur ini merupakan alumnus SMK Negeri 1 Tuban dan pada akhirnya menjadi pelopor musik pop yang sebagai salah satu genre dari musik populer dan rock ‘n roll diIndonesia.

Era Orde Lama

Hasil gambar untuk Koes Plus di penjara Glodok
Pada Kamis 1 Juli 1965, sepasukan tentara dari Komando Operasi Tertinggi (KOTI) menangkap kakak beradik Tony, Yon, dan Yok Koeswoyo dan mengurung mereka di penjara Glodok, kemudian Nomo Koeswoyo atas kesadaran sendiri, datang menyusul, perlu dicatat Nomo Koeswoyo senang sekali berkelana ke banyak daerah. Adik Alm Tony Koeswoyo itu rupanya memilih “mangan ora mangan kumpul” ketimbang berpisah dari saudara-saudara tercinta. Adapun kesalahan mereka adalah karena selalu memainkan lagu – lagu The Beatles yang dianggap meracuni jiwa generasi muda saat itu. Sebuah tuduhan tanpa dasar hukum dan cenderung mengada ada, mereka dianggap memainkan musik “ngak ngek ngok” istilah Pemerintahan berkuasa saat itu, musik yg cenderung imperialisme pro barat. Dari penjara justru menghasilkan lagu-lagu yang sampai saat sekarang tetap menggetarkan, “Di dalam Bui”, “jadikan aku dombamu”, “to the so called the guilties”, dan “balada kamar 15”. 29 September 1965, sehari sebelum meletus G 30 S-PKI, mereka dibebaskan tanpa alasan yang jelas.belakangan setelah Peristiwa itu berlalu,Koes Bersaudara yang masih hidup dan menginjak usia tua melakukan testimoni di depan pemirsa acara talkshow KICK ANDY (Metro TV)pada akhir 2008 bahwa di balik penangkapan mereka sebenarnya pemerintahan Soekarno menugaskan mereka dalam sebuah operasi Kontra Intelejen guna mendukung gerakan Ganyang Malaysia.

Dari Koes Bersaudara menjadi Koes Plus

Gambar terkait
Dari kelompok Koes Bersaudara ini lahir lagu-lagu yang sangat populer seperti “Bis Sekolah”,“ Di Dalam Bui”, “Telaga Sunyi”, “Laguku Sendiri” dan masih banyak lagi. Koesnomo (Nomo), selain bermusik juga mempunya pekerjaan sampingan sementara Tonny menghendaki totalitas dalam bermusik yang membuat Nomo harus memilih: tetap bermusik bersama Koes Bersaudara atau keluar. Nomo memilih opsi terakhir dan diikuti oleh adiknya Koesroyo (Yok). Dengan keluarnya dua anggota Koes Bersaudara yakni Koesnomo (Nomo) dan Koesroyo (Yok), Koes Bersaudara pun usai. Tonny yang terus ingin bermusik menggamit dua musisi masing-masing oleh Kasmuri (Murry) dan Totok AR, pemain bass group Philon. Band ini memakai nama Koes Plus, artinya plus dua orang di luar dinasti Koeswoyo: Totok A.R dan Murry.
Lagu-lagu Koes Bersaudara lebih menonjolkan harmonisasi vokal ( seperti lagu “Telaga Sunyi”, “Dewi Rindu” atau “Bis Sekolah”) dibanding lagu-lagu Koes Plus. Kelompok Koes Plus dimotori oleh almarhum Tonny Koeswoyo (anggota tertua dari kelompok musik Koeswoyo). Koes Plus dan Koes Bersaudara harus dicatat sebagai pelopor musik pop di Indonesia. Sulit dibayangkan sejarah musik pop kita tanpa kehadiran Koes Bersaudara dan Koes Plus.
Tradisi membawakan lagu ciptaan sendiri adalah tradisi yang diciptakan Koes Bersaudara. Kemudian tradisi ini dilanjutkan Koes Plus dengan album serial volume 1, 2 dan seterusnya. Begitu dibentuk, Koes Plus tidak langsung mendapat simpati dari pecinta musik Indonesia. Piringan hitam album pertamanya sempat ditolak beberapa toko kaset. Mereka bahkan mentertawakan lagu “Kelelawar” yang sebenarnya asyik itu.
Kemudian Murry sempat ngambek dan pergi ke Jember sambil membagi-bagikan piringan hitam albumnya secara gratis pada teman-temannya. Dia bekerja di pabrik gula sekalian main band bersama Gombloh dalam grup musik Lemon Trees. Tonny yang kemudian menyusul Murry untuk diajak kembali ke Jakarta. Baru setelah lagu “Kelelawar” diputar di RRI orang lalu mencari-cari album pertama Koes Plus. Beberapa waktu kemudian lewat lagu-lagunya “Derita”, “Kembali ke Jakarta”, “Malam Ini”, “Bunga di Tepi Jalan” hingga lagu “Cinta Buta”, Koes Plus mendominasi musik Indonesia waktu itu.

Kiblat Musik Pop Indonesia

Gambar terkait
Dengan adanya tuntutan dari produser perusahaan rekaman, maka group-group lain yang “seangkatan” seperti Favourites, Panbers, Mercy’s, D’Lloyd menjadikan Koes Plus sebagai “kiblat”, sehingga group-group ini selalu meniru apa yang dilakukan Koes Plus, pembuatan album di luar pop Indonesia, seperti pop melayu dan pop jawa menjadi trend group-group lain setelah Koes Plus mengawalinya.
“Seandainya kelompok ini lahir di Inggris atau AS bukan tidak mungkin akan menggeser popularitas Beatles”[butuh rujukan]
“Lagu Nusantara I” (Volume 5), “Oh Kasihku” (Volume 6), “Mari-Mari” (Volume 7), “Diana” dan “Kolam Susu” ( Volume 8) merajai musik pop waktu itu. Puncak kejayaan Koes Plus terjadi ketika mereka mengeluarkan album Volume 9 dengan lagu yang sangat terkenal “Muda-Mudi” (yang diciptakan Koeswoyo, bapak dari Tonny, Yon dan Yok). Disusul lagu “Bujangan” dan “Kapan-Kapan” dari volume 10. Masih berlanjut dengan lagu “Nusantara V” dari album Volume 11 dan “Cinta Buta” dari album Volume 12.
Bersamaan dengan itu Koes Plus juga mengeluarkan album pop Jawa dengan lagu yang dikenal dari tukang becak, ibu-ibu rumah tangga, hinga anak-anak muda, yaitu “Tul Jaenak” dan “Ojo Nelongso”. Belum lagi lagu mereka yang berirama melayu seperti “Mengapa”, “Cinta Mulia” dan lagu keroncongnya yang berjudul “Penyanyi Tua”. Sayang sekali di setiap album yang mereka keluarkan tidak ada dokumentasi bulan dan tahun, sehingga susah melacak album tertentu dikeluarkan tahun berapa. Bahkan tidak ada juga kata-kata pengantar lainnya. Album mereka baru direkam secara teratur mulai volume VIII setelah ditandatangani kontrak dengan Remaco. Sebelumnya perusahaan yang merekam album-album mereka adalah “Dimita”.
Pada tahun 1972-1976 udara Indonesia benar-benar dipenuhi oleh lagu-lagu Koes Plus. Baik radio atau orang pesta selalu mengumandangkan lagu Koes Plus. Barangkali tidak ada orang-orang Indonesia yang waktu itu masih berusia remaja yang tidak mengenal Koes Plus. Kapan Koes Plus mengeluarkan album baru selalu ditunggu-tunggu pecinta Koes Plus dan masyarakat umum.
Tahun 1972 Koes Plus sempat menjadi band terbaik dalam Jambore Band di Senayan. Semua peserta menyanyikan lagu Barat berbahasa Inggris. Hanya Koes Plus yang berani tampil beda dengan menyanyikan lagu “Derita” dan “Manis dan Sayang”.

Rekor Album

Hasil gambar untuk Koes Plus Kiblat Musik Pop Indonesia
Dari informasi yang dikirim seorang penggemar Koes Plus, ternyata prestasi Koes Plus memang luar biasa. Pada tahun 1974 Koes Plus mengeluarkan 22 album, yaitu terdiri dari album lagu-lagu baru dan album-album “the best” termasuk album-album instrumentalia, yang dibuat dari instrument asli Koes Plus atau rekaman “master” yang kemudian diisi oleh permainan saxophone Albert Sumlang, seorang pemain dari group the Mercy’s. Jadi rata-rata mereka mengeluarkan 2 album dalam satu bulan. Tahun 1975 ada 6 album. Kemudian tahun 1976 mereka mengeluarkan 10 album. Mungkin rekor ini pantas dicatat di dalam Guinness Book of Record. Dan hebatnya, lagu-lagu mereka bukan lagu ‘asal jadi’, tetapi memang hampir semua enak didengar. Bukti ini merupakan jawaban yang mujarab karena banyak yang mengkritik lagu-lagu Koes Plus cuma mengandalkan “tiga jurus”: kunci C-F-G.
Karena banyak jasanya dalam pengembangan musik, masyarakat memberikan tanda penghargaan terhadap prestasinya menjadi kelompok legendaris dengan diberikannya tanda penghargaan melalui “Legend Basf Award, tahun 1992.Prestasi yang dimiliki disamping masa pengabdiannya dibidang seni cukup lama, produk hasil ciptaan lagunya pun juga memadai karena sejak tahun 1960 sampai sekarang berhasil menciptakan 953 lagu yang terhimpun dalam 89 album. Prestasi hasil ciptaan lagu untuk periode kelompok Koes Bersaudara sebanyak 203 lagu (dalam 17 album),sedang untuk periode kelompok Koes Plus sebanyak 750 lagu dalam 72 album (Kompas,13 September 2001).
Salah satu anggota Koes Plus mengatakan bahwa mereka dibayar sangat mahal pada masa jayanya. Yon mengungkapkan bahwa pada tahun 1975 mereka manggung di Semarang. “Waktu itu pada tahun 1975, kami telah dibayar Rp 3 juta saat pentas di Semarang,” kenang dia. Padahal, saat itu harga sebuah mobil Corona tahun 1975 kira-kira Rp 3,750 juta. Bila dikurs saat ini bayaran tersebut kurang lebih sama dengan Rp 150 juta.(Suara Merdeka, 4 Mei 2001)
Waktu itu, Rp 3,5 juta sangat tinggi, mengingat mobil sedan baru Rp 3 juta. Jika dikurskan dengan nilai uang sekarang, jumlah itu sama dengan Rp 200 juta sampai Rp 300 juta. Jumlah penonton melimpah ruah tidak seperti sekarang, kenang Yon. (Suara Merdeka, 23 Oktober 2001).
Setelah itu popularitas Koes Plus mulai redup. Mungkin karena generasi sudah berganti dan selera musiknya berubah. Koes Plus vakum sementara dan Nomo masuk lagi menggantikan Murry, sekitar akhir 1976-an. Koes Bersaudara terbentuk lagi dan langsung ngetop dengan lagunya “Kembali” yang keluar tahun 1977. Murry bersama groupnya Murry’s Group juga cukup menggebrak dengan lagunya “Mamiku-papiku”. Tidak bertahan lama tahun 1978 kembali terbentuk Koes Plus. Lagu barunya, “Pilih Satu” juga langsung populer. Setelah itu keluar lagu “Cinta”, dengan aransemen orchestra, yang benar-benar berbeda dengan lagu Koes Plus yang lain. Kemudian populer juga album melayu mereka yang memuat lagu “Cubit-Cubitan” dan “Panah Asmara”. Tetapi Koes Plus generasi ini tidak lagi sepopuler sebelumnya. Walaupun, kalau disimak lagu-lagu yang lahir setelah 1978, masih banyak lagu mereka yang bagus.
Nasib Koes Plus kini sangat tragis. Seperti kata Yon suatu ketika bahwa Koes Plus hanya besar namanya tetapi tidak punya apa-apa. Ucapan ini memang pas untuk mewakili keadaan personel Koes Plus. Mereka tidak mendapatkan uang dari hasil penjualan kaset yang berisi lagu-lagu lama mereka. Tidak seperti para penyanyi/pemusik masa kini yang gaya hidupnya “wah” karena dari segi finansial pendapatannya sebagai penyanyi/pemusik cukup terjamin. Begitu juga bekas group-group tersohor seperti Beatles, atau Led Zeppelin, mereka hidup dengan enak hanya dari royalti kaset VCD/CD/DVD yang mereka hasilkan. Sampai anak-anak dan istri mereka pun menikmati kelimpahan finansial ini.
Koes Plus hanya dibayar sekali untuk setiap album yang dihasilkan. Tidak ada royalti, tidak ada tambahan fee untuk setiap CD/kaset yang terjual. Maka tidak heran ketika tahun 1992 Yon harus jualan batu akik untuk menghidupi rumah tangganya. Sementara kaset dan CD lagunya masih laris terjual di Indonesia. Sekarang pun di usianya yang ke-63 Yon dan kawan-kawan (Murry beberapa kali tidak tampil karena sakit) membawa nama Koes Plus harus manggung untuk mendapatkan uang. Dengan sisa-sisa suara dan kekuatannya mereka harus menjual suara dan tenaganya. Yon memang tidak merasakan ini sebagai beban. Dia bersyukur lagunya masih dicintai orang. Tetapi kita prihatin mendengar kabar seperti ini.
(MHI) Hasil gambar untuk media hukum indonesia

Koes Plus Story


MHI – Koes Plus adalah grup musik Indonesia yang dibentuk pada tahun 1969 sebagai kelanjutan dari grup Koes Bersaudara. Grup musik yang terkenal pada dasawarsa 1970-an ini sering dianggap sebagai pelopor musik pop dan rock ‘n roll di Indonesia. Sampai sekarang, grup musik ini kadang masih tampil di pentas musik membawakan lagu-lagu lama mereka, walaupun hanya tinggal Yon yang aktif.


Lagu-lagu mereka banyak dibawakan oleh pemusik lain dengan aransemen baru. Sebagai contoh, Lex’s Trio membuat album yang khusus menyanyikan ulang lagu-lagu Koes Plus, Cintamu T’lah Berlalu yang dinyanyikan ulang oleh Chrisye, serta Manis dan Sayang yang dibawakan oleh Kahitna.
Koes Bersaudara 1960 -1963
John Koeswoyo – (Koesdjono) : Upright Bass Tonny Koeswoyo – (Koestono) : Lead Guitar Yon Koeswoyo – (Koesjono) : Vokal, Rhythm Guitar Yok Koeswoyo – (Koesrojo) : Vokal, Bass Guitar Nomo Koeswoyo – (Koesnomo) : Drum
Koes Bersaudara 1963 – 1968, 1977, 1986 – 1987
Tonny Koeswoyo : Lead Guitar, vokal Yon Koeswoyo : Rhythm Guitar, vokal Yok Koeswoyo : Bass Guitar, Vokal Nomo Koeswoyo : Drum, Vokal
Koes Plus 1968 – 1969
Tonny Koeswoyo : Lead Guitar, Keyboard , vokal Yon Koeswoyo : Rhythm Guitar , vokal Totok Adji Rahman : Bass Guitar, (Khusus Album I – Deg Deg Plas) Murry – (Kasmurry) : Drum , Vokal
Koes Plus 1969 – 1987
Tonny Koeswoyo : Lead Guitar, Keyboard , vokal Yon Koeswoyo : Rhythm Guitar , vokal Yok Koeswoyo : Bass Guitar , Vokal Murry – (Kasmurry) : Drum , Vokal


Kelompok ini dibentuk pada tahun 1969, sebagai kelanjutan dari kelompok “Koes Bersaudara”. Grup yang berasal dari Kelurahan Sendangharjo, Tuban, Jawa Timur ini merupakan alumnus SMK Negeri 1 Tuban dan pada akhirnya menjadi pelopor musik pop dan rock ‘n roll, bahkan pernah dipenjara karena musiknya yang dianggap mewakili aliran politik kapitalis. Di saat itu sedang garang-garangnya gerakan anti kapitalis di Indonesia.
(MHI) Hasil gambar untuk media hukum indonesia

Rabu, 06 Maret 2019

KPK Serahkan Aset Hasil Rampasan Dari Perkara Korupsi kepada KPKNL Pontianak

JAKARTA, MHI – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyerahkan beberapa aset hasil rampasan dari perkara tindak pidana korupsi kepada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Pontianak, di kantor wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kalimantan Barat, Selasa (05/03).
Total aset yang diserahkan melalui mekanisme Penetapan Status Penggunaan (PSP) ini bernilai Rp764,5 milyar. Aset berbentuk sebidang tanah seluas 305 m2 dan bangunan di atasnya seluas 133 mdengan nilai masing-masing Rp664,6 milyar dan Rp99,9 milyar. Tanah dan bangunan tersebut berada di Desa Parit Tokaya, Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat dan merupakan barang rampasan milik terpidana M. Akil Mochtar.
“Penetapan Status Penggunaan ini merupakan salah satu bentuk usaha pemulihan aset yang dilakukan KPK, yaitu dengan mengoptimalkan pengembalian aset ke negara berdasarkan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap” ujar Firli, Deputi Penindakan KPK.
Dalam sambutannya, Firli mengatakan bahwa penegakan hukum yang dilakukan KPK tidak selalu menangkap dan memenjarakan koruptor. Selama ini KPK juga fokus terhadap asset recovery. Aset yang diserahkan melalui mekanisme PSP itu juga telah mendapatkan persetujuan dari Kementerian Keuangan.
Lebih lanjut Firli mengatakan bahwa Penetapan Status Penggunaan (PSP), didasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan No.8 Tahun 2018.  Penyerahan barang rampasan Negara dari KPK ke KPKNL Pontianak ini merupakan bentuk akuntabilitas dan transparansi KPK dalam pengelolaan barang rampasan negara yang merupakan Barang Milik Negara (BMN).
Firli menyerahkan secara langsung barang rampasan milik negara tersebut kepada Kepala KPKNL Agus Hari Widodo. Prosesi serah terima dihadiri oleh Pelaksana Tugas Koordinator Unit Kerja Pelacakan Aset, Pengelolaan Barang Bukti dan Eksekusi (Labuksi) KPK Titik Utami, dan Kepala Kantor DJKN Pontianak Edih Mulyadi.
Selain itu, hadir pula Wakil Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji, Walikota Pontianak Edi Rusdi Kamtono, Wakil Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Barat Brigjen Pol Sri Handayani.
(Joggie) MHI Hasil gambar untuk media hukum indonesia


Postingan Terupdate

Hj Siti Qomariah Gelar Sosialisasi Perda No.5 Th 2023, Sekdes Desak Bupati Atasi Pengangguran Akut di Kabupaten Bekasi

KABUPATEN BEKASI,  MHI - Sosialisasi Perda Nomor 5 Tahun 2023 Tentang "Optimalisasi Penyelenggaraan Perlindungan Tenaga Kerja Melalui J...

Postingan Terkini


Pilihan Redaksi