(Transkrip Pidato):
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Selamat pagi, Salam sejahtera bagi kita semuanya.
Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati,
"Pagi hari ini saya mendapatkan informasi bahwa kasus global sudah
mencapai 15,8 juta dengan angka kematian 640 ribu. Di Amerika Serikat
sendiri sudah mencapai 4,2 juta, di Brazil 2,3 juta, di India 1,4 juta.
Oleh sebab itu, hati-hati, hati-hati betul. Jangan sampai aura krisis
itu sudah hilang, semangat menangani krisis ini hilang atau turun. Oleh
sebab itu, saya ingin menekankan beberapa hal yang perlu menjadi
perhatian dari Komite." Tegas Presiden.
Yang pertama,"Komite ini dibentuk untuk mengintegrasikan kebijakan kesehatan dan
kebijakan ekonomi agar seimbang antara gas dan remnya. Dan penanganan
kesehatan menjadi prioritas, tidak boleh mengendur sedikit pun. Jadi
aura krisis kesehatan ini harus terus digaungkan sampai nanti vaksin
tersedia dan bisa digunakan secara efektif. Jadi perlu saya tekankan
juga bahwa tidak ada yang namanya pembubaran Satgas COVID-19, enggak
ada, baik di pusat maupun di daerah. Semuanya harus tetap bekerja keras.
Komite ini adalah, sekali lagi, mengintegrasikan antara kebijakan
ekonomi dan kebijakan kesehatan."
Yang
kedua," Di bidang kesehatan. Saya ingatkan sekali lagi untuk memberikan
perhatian, memberikan prioritas penanganan di delapan provinsi. Delapan
provinsi; DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra
Utara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan Papua. Karena delapan
provinsi ini berkontribusi 74 persen kasus positif yang ada di
Indonesia. Targetnya saya kira sudah jelas, turunkan angka kematian
serendah-rendahnya, tingkatkan angka kesembuhan setinggi-tingginya, dan
juga kendalikan laju pertumbuhan kasus-kasus positif baru
secepat-cepatnya. 3T; testing, tracing, dan treatment
betul-betul harus dilakukan secara masif dan lebih agresif. Dan di
lapangan jika masih ditemui peralatan tes, mesin PCR, kemudian kapasitas
lab, APD, dan juga peralatan rumah sakit yang kekurangan segera
selesaikan, segera bereskan. Komunikasi yang efektif dengan rumah sakit,
dengan masyarakat, dengan daerah harus dilakukan seefektif mungkin."
Yang
ketiga," Mengenai penyerapan stimulus penanganan COVID-19. Ini masih
belum optimal dan kecepatannya masih kurang. Ini perlu. Data terakhir
yang saya terima tanggal 22 Juli, dari total stimulus penanganan
COVID-19, yaitu sebesar Rp695 triliun yang terealisasi baru Rp136
triliun. Artinya, baru 19 persen. Sekali lagi, baru 19 persen. Di
perlindungan sosial 38 persen, di UMKKM 25 persen, ini termasuk
penempatan dana di HIMBARA Rp30 triliun, di sektor kesehatan baru
terealisasi 7 persen, demikian juga di dukungan untuk sektoral dan
pemerintah daerah juga baru terserap 6,5 persen, insentif usaha 13
persen. Inilah yang harus segera diatasi oleh Komite dengan melakukan
langkah-langkah terobosan, bekerja lebih cepat, sehingga masalah yang
tadi saya sampaikan, serapan anggaran yang belum optimal tadi
betul-betul bisa diselesaikan."
"Saya
ingatkan, kalau masalahnya ada di regulasi (dan) di administrasi segera
dilihat betul. Kalau memang regulasi ya revisi regulasi itu agar ada
percepatan, lakukan shortcut, lakukan perbaikan, dan jangan
sampai ada yang namanya ego sektoral, ego daerah. Saya kira penting
sekali ini segera diselesaikan sehingga aura dalam menangani krisis ini
betul-betul ada betul. Saya ingin di setiap posko yang ada, baik di
BNPB, di pusat, di daerah, di Komite itu kelihatan sangat sibuk, ke
sana-ke sini, ke sana-ke sini gitu lo, kita auranya krisis ada." Pungkas Kepala Negara.
"Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan,Terima kasih." Tutup Presiden.
(Irfan/Oscarita) MHI
Sumber:Seskab RI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar