HTML

HTML

Senin, 02 Oktober 2017

Pemerintah Siapkan Mitigasi Terkait Ketidakpastian Waktu Erupsi Gunung Agung dan Sinabung

Menko PMK Puan Maharani didampingi Seskab Pramono Anung memberikan keterangan pers, di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (28/9) sore
JAKARTA ,28 Sep 2017-Meskipun sudah dinyatakan berada pada status Awas sejak 22 September lalu, belum bisa dipastikan kapan Gunung Anung yang berlokasi di Kabupaten Karangasem, Bali, akan meletus. Untuk itu, kami pemerintah sudah melakukan mitigasi berkaitan dengan hal tersebut.
“Bagaimana kemudian ketidakpastian bahwa erupsi ini nantinya akan menjadi lebih parah apakah akan ada tanggap darurat,  apakah ada masa transisi, karena saat ini memang masih pada posisi siaga,” ungkap Menko bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani dalam keterangannya kepada wartawan usai mengikuti rapat terbatas yang membahas antisipasi peningkatan aktivitas Gunung Agung dan Gunung Sinabung, di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis sore.
Menko PMK memastikan, semua kebutuhan yang berkaitan dengan apa saja yang terjadi terkait peningkatan aktivitas Gunung Agung itu,  Presiden Joko Widodo sudah memerintahkan kepada Gubernur Bali untuk segera melakukan langkah-langkah tindakan berkaitan dengan hal-hal yang perlu dilakukan dalam waktu yang tidak pasti ini.
“Namun yang perlu kami tekankan, tidak ada masalah berkaitan dengan pariwisata, sudah dilakukan strategi bagaimana kemudian kalau kemudian memang terjadi dampak yang lebih luas,” jelas Puan.
Diakui Menko PMK, kalau dilihat radiusnya secara keseluruhan sudah semua 9 kabupaten/ kota di Bali yang terkena dampak dari peningkatan aktivitas Gunung Anung. Karena itu, pada rapat terbatas telah diputuskan untuk menugaskan semua Kementerian/lembaga, BNPB Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan, kemudian Kementerian PUPR, Kementerian ESDM dan lain-lain, untuk bisa melakukan mitigasi berkaitan dengan bencana tersebut.
Gunung Sinabung
Terkait dengan peningkatan aktivitas Gunung Sinabung, di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Menko PMK Puan Maharani mengemukakan, masalah yang ada itu adalah bagaimana merelokasi pengungsi pada tahap 2 dan 3.
Untuk tahap 1 yang terjadi pada tahun 2010, menurut Menko, sebanyak 370 KK sudah diselesaikan. Mereka sudah mendapatkan relokasi,  bahkan sudah mendapatkan hunian juga.
Kemudian untuk sisanya di tahap kedua itu sudah 80%, yang kemudian proses selanjutnya sedang dilakukan untuk tahap ketiga relokasi sisa dari semua pengungsi, kurang lebih berjumlah 1655 KK akan direlokasi ke daerah Siosar. Di daerah ini sudah tersedia lahannya seluas kurang lebih 480 hektar.
“Sudah ada komitmen berkaitan dengan izin antara Pemprov Sumatera Utara, kemudian Kabupaten Karo dan juga Kementerian LHK yang akan menyatakan bahwa segera, secepat-cepatnya akan ada relokasi pengungsi yang masih belum mempunyai tanah,” kata Puan.

Gubernur Bali Minta Doa Agar Tidak Meletus

gubernur bali
Gubernur Bali I Made Mangku Pastika optimistis, kalau sesuatu yang buruk terjadi terkait dengan status Awas Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, dampaknya akan sangat minimal, termasuk kaitannya dengan pariwisata.
“Saya katakan, maksimum terdampak oleh letusan itu, di luar debu ya, di luar debu hanya 12 Km.  Masih ada 64 desa dari 78 desa di Karangasem,  Karangasem sendiri masih zona aman,” kata Pastika kepada wartawan usai mengikuti rapat terbatas yang membahas antisipasi peningkatan aktivitas Gunung Agung dan Gunung Sinabung, di Kantor Presiden, Jakarta.
Karena itu, Gubernur Bali meminta semua pihak agar jangan dipikirkan ini dahsyat betul,  sehingga menjadi semacam ancaman bagi pariwisata, dan kehidupan masyarakat Bali.
Sejauh ini, menurut Gubernur Bali, pemerintah tetap berusaha mempersiapkan segala sesuatunya untuk meminimalisir kerugian, atau dampak dari bencana ini,  apakah yang menyangkut keselamatan manusia, hewan, dan juga harta benda. Oleh karena itu, semua Kementerian saya kira yang terkait sudah terlibat di dalam penanganan ini bersama pemerintah daerah, baik provinsi dan kabupaten.
Terkait dengan penanganan pengungsi, Gubernur Bali I Made Mangku Pastika juga mengingatkan, bahwa kerabatan di Bali itu sangat kuat, sehingga sebagian besar pengurus itu justru berada di rumah-rumah keluarganya masing-masing.
“Mereka akan ditampung selain di tenda-tenda darurat, akan disalurkan ke Bale Banjar namanya,  tiap desa di Bali karena Desa tradisional, desa adat punya Bale Banjar,  itu bisa dimanfaatkan, dan seluruh warga sudah terlibat urusan ini dalam membantu keluarga mereka yang sedang mengungsi,” ungkap Pastika.
Gubernur Bali I Made Mangku Pastika menjawab wartawan usai rapat di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (28/9) sore
Sebagaimana diketahui, sejak 22 September 2017 lalu, Gunung Agung di Kabupaten Karangasem dinyatakan berstatus awas. Menurut Pastika,  ini adalah tahap atau level yang paling tinggi dalam rangka, dalam konteks menunggu letusannya yang sampai saat ini belum dapat dipastikan.
“Saya kira semua orang yang tahu Bali berdoa supaya tidak terjadi letusan itu,” kata Pastika.

(DNA/JAY/ES) MHI 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar



Postingan Terupdate

Sidang Perkara No. 14/PUU-XXII/2024, Ahli : Sebagian Besar Notaris Berusia 70 Tahun Masih Kompeten Menjalankan Tugas

JAKARTA, MHI – Sidang permohonan uji materiil Pasal 8 ayat (1) huruf b dan Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabata...

Postingan Terkini

Pilihan Redaksi