GAMBIA ,18 Mei 2017-Kunjungan Menteri secara khusus ke Perwakilan Asing atau dalam hal ini KBRI, tentunya akan menambah bobot hubungan antara kedua negara. Hal inilah yang dilakukan oleh Dr. Badara Alieu Joof, Menteri Pendidikan Tinggi, Riset, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Gambia, yang melakukan kunjungan kerja secara khusus ke KBRI Dakar dengan tujuan untuk memperkuat dan mengeksplorasi peluang kerja sama pendidikan antara Gambia dan Indonesia,Selasa.
Dalam lawatan khusus tersebut, Menteri Badara Joof membawa satu rombongan delegasi yang terdiri dari unsur Kementerian Pendidikan Tinggi Gambia, University of The Gambia(UTG) dan lembaga pelatihan Gambia Technical Training Institute (GTTI).
Menteri Badara Joof telah lama berkecimpung di dunia pendidikan. Ia pernah menjabat sebagai Permanent Secretary of Education and Local Government. Sebelum ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan Tinggi Gambia oleh Presiden Terplilh Gambia, Adama Barrow, Menteri Badara Joof bekerja sebagai Education Specialist di World Bank. Dirinya pun sangat mengenal sosok Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani, ketika Beliau menjabat sebagai Managing Director.
Dalam pertemuannya dengan Dubes RI Dakar, Mansyur Pangeran, yang juga sebagai Dubes RI untuk Gambia, Menteri Badara Joof menyampaikan bahwa Pemerintah Gambia sangat mengapresiasi bantuan yang selama ini telah diberikan oleh Pemri dalam upaya mendukung Gambia membangun sektor pertaniannya. Pemri dalam hal ini telah membantu meningkatkan kapasitas para petani Gambia melalui Balai Pelatihan Pertanian Agriculture Rural Farmers Training Centre (ARFTC) di Jenoi, Gambia, yang didirikan oleh Pemri pada tahun 1998.
Menteri Badara Joof sangat memandang tinggi kemajuan pembangunan yang dimiliki oleh Indonesia. Ia mengatakan bahwa “Indonesia is Gambia’s neighbour, although not geographically, but conceptually experienced, politically and economically”. Oleh karena itu, Pemerintah Gambia sangat ingin meningkatkan hubungan bilateral dengan Indonesia dalam bidang pendidikan dengan memfokuskan pada empat area, yaitu pertanian, pariwisata, teknologi dan engineering.
Diutarakan oleh Menteri Badara Joof bahwa Gambia sangat memerlukan bantuan dari Indonesia dalam mengembangkan kapasitas ilmu pengetahuan dan teknologinya khususnya di bidang civil engineering, mechanical engineering, electrical engineering dan arsitektur.
Di bidang pariwisata, Menteri Badara Joof menyampaikan bahwa Gambia tidak ingin terbatas hanya pada obyek wisata resort dalam menunjang sektor pariwisatanya. Oleh karena itu, Gambia sangat membutuhkan asistensi dan expertise dari Indonesia dalam mengeksploitasi potensi pariwisatanya seperti pengembangan eco-tourism yang saat ini sedang populer di Indonesia.
Menanggapi Menteri Badara Joof, Dubes Mansyur Pangeran menyampaikan bahwa hubungan bilateral antara Indonesia dan Gambia telah berlangsung sangat baik. Dengan didirikannya ARFTC di Jenoi pada tahun 1998, Pemri telah menunjukkan komitmennya dalam upaya membangun sektor pertanian Gambia. Keberadaan Balai ARFTC dengan berbagai pelatihan yang telah dilakukan telah memberikan manfaat yang besar tidak hanya untuk petani Gambia, tetapi juga kepada petani dari negara-negara sekitar di kawasan Afrika Barat.
Sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2016, Dubes Mansyur Pangeran menyampaikan bahwa Pemri telah memberikan beasiswa kepada 18 pelajar Gambia melalui skema beasiswa Darmasiswa dan KNB. Dari 18 pelajar Gambia tersebut, satu orang peserta telah menjadi dosen di University of The Gambia yang bernama Gibriel Badjie, yang pada bulan September ini telah dicalonkan oleh Dubes Mansyur Pangeran untuk mengikuti World Congress on Indonesianist 2017 yang akan diselenggarakan di Bali, 4-8 September 2017.
Kunjungan khusus Menteri Badara Joof ke KBRI Dakar telah menambah bobot tersendiri bagi hubungan bilateral antara Indonesia dengan Gambia. Menteri Badara Joof sangat mendorong ditandanganinya Memorandum of Understanding (MoU) antara UTG dengan Universitas Brawijaya (UB) pada tahun ini sebagai tindak lanjut dari pertemuan antara Dubes RI Dakar, UB dan UTG di KBRI Dakar (21/05/2017). Dalam kurun waktu satu semester, Dubes Mansyur telah secara intens melakukan pertemuan dengan Rektor UTG, Prof. Faqir Muhammad Anjum, guna merealisasikan kerja sama pendidikan antara kedua negara.
Sikap proaktif Menteri Badara Joof merupakan gesture dari Pemerintah Gambia yang saat ini sedang gencar mencari bantuan dari pihak luar untuk membantu pembangunan yang sedang berjalan di Gambia. Momentum dan keseriusan Pemerintah Gambia tersebut seyogyanya dapat dimanfaatkan oleh Pemri untuk lebih meningkatkan serta memperluas kerja sama bilateral antara kedua negara yang telah dirintis dengan baik melalui pendirian ARFTC di Jenoi, Gambia.
Konsep pelatihan serupa seperti di ARFTC seyogyanya juga dapat diterapkan di level universitas dengan mengundang keterlibatan universitas-universitas di Indonesia serta peran aktif dari Kementerian Riset, Teknologi dan Dikti RI.
(Yunus) MHI
(Sumber:KBRI Dakar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar